Powered By Blogger

Jumat, 24 Februari 2012

KISAH PENUH MOTIVASI ANTARA AYAH, ANAK, DAN SEEKOR BURUNG GAGAK

Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak
Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di
sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu
menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi
pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu
menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang
serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal
kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi
membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang
sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal
hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya
katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang
kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu
kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
9
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan
bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku
menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi
rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si
Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau
telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya
memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.

PESAN:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.

Author : PercikanIman.org
Shared : Kisah Penuh Hikmah
http://virouz007.wordpress.com/

KISAH POHON APEL

Kisah Pohon Apel
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca cerita ini tapi apa salahnya saya
muat kembali di pages ini buat saudara-saudara kita yang belum pernah membaca cerita ini
dan sebagai bahan review buat yang sudah pernah membaca. Semoga bermanfaat………
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.Seorang kanakkanak
lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat
pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia
beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi
tempat permainannya.
Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu… anak lelaki itu sudah
besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain
di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel
tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja
itu.
“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada
yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku.
Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang
kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ.
Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin
membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?”
Tanya anak itu.
“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku
yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.
Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi
dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih
karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.
33
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya
adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan
dewasa.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku
sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai
perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong
batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata
pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian
pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang
menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah
memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat
perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan
nada pilu.
“Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu
dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana
aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua
itu.
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk
beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika
kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita
tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.
Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan
gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap
pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini
melayani ibu bapak mereka.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa
menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.

Author : PercikanIman.org
Shared By Kisah Penuh Hikmah
http://virouz007.wordpress.com/

CARA MENYIASATI PERKEMBANGAN ANAK?

Masa anak-anak merupakan masa paling menyenangkan karena yang ada di pikiran anak-anak hanya bermain., seiring berjalan nya waktu pikiran seorang anak akan berkembang sesuai dg apa yang ia dapatkan dari lingkungan nya., anak-anak akan belajar dari kehidupan di sekitarnya, oleh karena itu sangat berpengaruh bagaiman cara orang tua dan lingkungan mengajarkan seorang terhadap perkembangan anak tersebut kelak kemudian hari.,

jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya
(dorothy law nolie)

KISAH CINTA MENGGETARKAN JIWA

Perempuan Yang Dicintai Suamiku
“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami) untuk menjaga istrinya…
Dan motivasi hebat buat para istri (dan calon istri) untuk tetap mencintai suaminya…
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang
pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti
apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi
ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak
kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja,
itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir,
memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan
berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik
sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang
beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak2
kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia
memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun
pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek
sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di
rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.
Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan
diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata
yang begitu cantik seperti yang dia milii. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan
penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan
kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan
mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha
bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu
mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha
yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan
untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario,
setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih
dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain,
dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku
tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
51
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku
sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga
mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan
juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya”, lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil
menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak
pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak
pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi
aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah
operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak
mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika
dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa
sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis,
dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku.
Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan
ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari
itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku
pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting
ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya,
dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku
tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima
karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada
perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak
pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti
perasaannya.
Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku
tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk
mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta
untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah
52
mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak
pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain
dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku
terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia
bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan
seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan
untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau
mengerti, you are the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7
tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia
mencintai perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat
hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari
bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan
tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar
dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan
minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu
memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah
menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan
yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja,
bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada
dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya
nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia
mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah
membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah
kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
**********
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu
masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
“Mario, suamiku….Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama
kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona
padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk
53
sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku
sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas
angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik
yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika
aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya
menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu
mesti cemburu? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku?”
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia
bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang
sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu, Rima”
Di surat yang lain,
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin
es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari
matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola
matamu saat memandang Meisha……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi
suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan
masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka
bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku
selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku
merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku
menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat,
karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan
menantinya……..”
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya…
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau
tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan
masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude
54
Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku
hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu.
Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun
kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2
cinta mulai bersemi dihatimu ?………”
Jelita menatap Meisha, dan bercerita, “Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari
jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya
kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu,
dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.
Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil
itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar,
Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”.
Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk
merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan
email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan
selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup
karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa
beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai
mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok
aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya,
supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi
karena dia belahan jiwaku….
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk
disamping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi,
Mario……
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi
meninggalkan kita.………………………………………
Sumber : Botefilia
Source deryudi
Shared By Kisah Penuh Hikmah
(http://virouz007.wordpress.com/)

penggalan kisah lucu nan penuh motivasi.,

penggalan kisah lucu nan penuh motivasi.,

oleh Faqih Rusydan pada 22 Februari 2012 pukul 19:31 ·
Kisah Lucu Penuh Motivasi

1. Setelah makan malam, seorang ibu dan putrinya bersama-sama mencuci mangkuk dan piring, sedangkan ayah dan putranya menonton TV di ruang tamu.
Mendadak, dari arah dapur terdengar suara piring yang pecah, kemudian sunyi senyap. Si putra memandang ke arah ayahnya dan berkata, "Pasti ibu yang memecahkan piring itu." "Bagaimana kamu tahu?" kata si Ayah. "Karena tak terdengar suara dia memarahi orang lain," sahut anaknya.
Quote:
Kita semua sudah terbiasa menggunakan standar yang berbeda melihat orang lain dan memandang diri sendiri, sehingga acapkali kita menuntut orang lain dengan serius, tetapi memperlakukan diri sendiri dengan penuh toleran.

2. Ada dua grup pariwisata yang pergi bertamasya ke pulau Yi Do di Jepang. Kondisi jalannya sangat buruk, sepanjang jalan terdapat banyak lubang. Salah satu pemandu berulang-ulang mengatakan keadaan jalannya rusak parah dan tak terawat.
Sedangkan pemandu yang satunya lagi berbicara kepada para turisnya dengan nada puitis, "Yang kita lalui sekarang ini adalah jalan protokol ternama di Yi Do yang bernama jalan berdekik yang mempesona."
Quote:
Walaupun keadaannya sama, namun pikiran yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula. Pikiran adalah suatu hal yang sangat menakjubkan, bagaimana berpikir, keputusan berada di tangan Anda.

3. Murid kelas 3 SD yang sama, mereka memiliki cita-cita yang sama pula yaitu menjadi badut. Guru dari Tiongkok pasti mencela, "Tidak mempunyai cita-cita yang luhur, anak yang tidak bisa dibina!"
Sedangkan guru dari Barat akan bilang, "Semoga Anda membawakan kecerian bagi seluruh dunia!"
Quote:
Terkadang orang yang lebih tua, bukan hanya lebih banyak menuntut daripada memberi semangat, malahan sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.

4. Istri sedang memasak di dapur. Suami yang berada di sampingnya mengoceh tak berkesudahan, "Pelan sedikit, hati-hati! Apinya terlalu besar. Ikannya cepat dibalik, minyaknya terlalu banyak!"
Istrinya secara spontan menjawab, "Saya mengerti bagaimana cara memasak sayur." Suaminya dengan tenang menjawab, "Saya hanya ingin dirimu mengerti bagaimana perasaan saya , saat saya sedang mengemudikan mobil, engkau yang berada disamping mengoceh tak ada hentinya."
Quote:
Belajar memberi kelonggaran kepada orang lain itu tidak sulit, asalkan Anda mau dengan serius berdiri di sudut dan pandangan orang lain melihat suatu masalah.

5. Sebuah bus yang penuh dengan muatan penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun, ada seseorang yang mengejar bus ini dari belakang.
Seorang penumpang mengeluarkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, "Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!"
Orang tersebut menjawab, "Saya harus mengejarnya . . ." Dengan nafas tersenggal-senggal dia berkata, "Saya adalah pengemudi dari bus ini!"
Quote:
Ada sebagian orang harus berusaha keras dengan sangat serius, jika tidak demikian, maka akibatnya akan sangat tragis!
Dan juga dikarenakan harus menghadapi dengan sekuat tenaga, maka kemampuan yang masih terpendam dan sifat-sifat khusus yang tidak diketahui oleh orang lain selama ini akan sepenuhnya muncul keluar.

6. Si A : "Tetangga yang yang baru pindah itu sungguh jahat, kemarin tengah malam dia datang ke rumah saya dan terus menerus menekan bel di rumah saya."
Si B : "Memang sungguh jahat! Adakah Anda segera melapor polisi?"
Si A : "Tidak. Saya menganggap mereka orang gila, yang terus menerus meniup terompet kecil saya."
Quote:
Semua kejadian pasti ada sebabnya, jika sebelumnya kita bisa melihat kekurangan kita sendiri, maka jawabannya pasti berbeda.

7. Zhang San sedang mengemudikan mobil berjalan di jalan pegunungan, ketika dengan santai menikmati pemandangan yang indah, mendadak dari arah depan datang sebuah truk barang.
Si sopir truk membuka jendela dan berteriak dengan keras, "Babi!"
Mendengar suara ini Zhang San menjadi emosi, dia juga membuka jendela memaki, "Kamu sendiri yang babi!"
Baru saja selesai memaki, dia telah bertabrakan dengan gerombolan babi yang sedang menyeberangi jalan.
Quote:
Jangan salah tafsir maksud kebaikan dari orang lain, hal tersebut akan menyebabkan kerugian Anda, juga membuat orang lain terhina.

8. Seorang bocah kecil bertanya kepada ayahnya, "Apakah menjadi seorang ayah akan selalu mengetahui lebih banyak dari pada anaknya?"
Ayahnya menjawab, "Sudah tentu!"
"Siapa yang menemukan listrik?"
"Edison."
"Kalau begitu mengapa bukan ayah Edison yang menemukan listrik?"
Quote:
Pakar acapkali adalah kerangka kosong yang tidak teruji, lebih-lebih pada zaman pluralis terbuka sekarang ini.

9. Ketika mandi Toto kurang hati-hati telah menelan sebongkah kecil sabun, ibunya dengan gugup menelepon dokter rumah tangga minta pertolongan.
Dokter berkata, "Sekarang ini saya masih ada beberapa pasien, mungkin setengah jam kemudian saya baru bisa datang ke sana."
Ibu Toto bertanya, "Sebelum Anda datang, apa yang harus saya lakukan?"
Dokter itu menjawab, "Berikan Toto secangkir air putih untuk diminum, kemudian melompat-lompat sekuat tenaga, maka Anda bisa menyuruh Toto meniupkan gelembung busa dari mulut untuk menghabiskan waktu."
Quote:
Jika peristiwa sudah terjadi, mengapa tidak dihadapi dengan tenang dan yakin. Daripada khawatir lebih baik berlega, dari pada gelisah lebih baik tenang.

10. Sebuah gembok yang sangat kokoh tergantung di atas pintu, sebatang tongkat besi walaupun telah menghabiskan tenaga besar, masih juga tidak bisa membukanya.
Kuncinya datang, badan kunci yang kurus itu memasuki lubang kunci, hanya diputar dengan ringan, "plak" gembok besar itu sudah terbuka.
Quote:
Hati dari setiap insan, persis seperti pintu besar yang telah terkunci, walaupun Anda menggunakan batang besi yang besar pun tak akan bisa membukanya. Hanya dengan mencurahkan perhatian, Anda baru bisa merubah diri menjadi sebuah anak kunci yang halus, masuk ke dalam sanubari orang lain.