Hari itu adalah
hari yang panas di Ramadhan. Aku sedang berjalan ketika tiba-tiba mataku
tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk terpaku di sudut sebuah
toko di dekat pasar. Wanita itu terlihat sangat letih, nampak sekali
dari wajahnya yang terlihat pucat saat disinari terik matahari menjelang
sore hari. Keringatnya mengalir deras di pipinya yang sudah mulai
banyak kerutan karena usianya yang tak lagi muda. Tangannya gemetar
sambil memegang gendongan yang diayun-ayunkannya sedari tadi. Melihat
hal itu membuat hati dan kakiku bergetar, perasaan sedih menyelimuti
jiwaku seiring dengan jejak langkahku saat menghampiri wanita itu.
Sebelum menghampiri wanita itu, kusempatkan untuk membeli sebotol air minum mineral di warung dekat toko tempat wanita itu duduk terpaku.
"Ibu, silahkan diminum air minum ini Bu!", kataku sambil memberikan air minum yang baru saja kubeli.
"Terima kasih Nak, tapi Ibu sedang Puasa, Nak", jawab wanita itu sembari terus mengayun-ayunkan gendongan yang dipegangnya sejak tadi.
Hatiku semakin bergetar mendengar jawaban wanita itu, begitu kuat pendiriannya untuk tetap melanjutkan berpuasa meskipun dari wajahnya yang pucat tersirat keletihan.
"Subhanallah, maaf, tapi Ibu terlihat sangat keletihan sekali", ucapku singkat.
"Ibu gapapa kok Nak, tapi kalau boleh air minum itu untuk anak ibu saja ya", pinta wanita itu sembari menunjukkan gendongan yang dipegangnya sejak tadi.
"ya Allah, jadi di dalam gendongan itu ada anak Ibu?", tanyaku di sela rasa kagetku.
"Iya Nak, boleh air minum itu untuk anak ibu, Nak?" tanya wanita itu.
"Oh Tentu Bu, silahkan ini air minumnya", kataku sembari memberikan air minum tersebut.
Singkat cerita, setelah memberi air minum pada anaknya, aku dan wanita itu berdialog sejenak sebelum aku mengajak Ibu tersebut ke sebuah warung nasi. Aku membeli 2 bungkus nasi dan kuberikan kepada wanita itu untuk bekal beliau berbuka puasa nanti.
"Terima kasih Nak, semoga Allah membalas kebaikanmu Nak", kata Ibu itu.
"Amiin ya Rabb, sama-sama Ibu, semoga Allah juga menjaga dan menguatkan keistiqomahan Ibu", kataku sembari tersenyum lalu berpamit pergi kepada Ibu itu.
Setelah berpamit pergi, aku pun melanjutkan langkahku meninggalkan Ibu itu, tapi kembali hatiku bergetar saat aku hendak naik angkot, kulihat Ibu itu memberikan sebungkus nasi yang dipegangnya kepada seorang laki-laki tua yang sedang mengemis di pinggir jalan. Melihat apa yang telah dilakukan Ibu itu membuat hatiku semakin tersentuh dan semakin berkeinginan untuk terus berbagi.
*note : Banyak pelajaran yang aku dapat dari kejadian ini, diantaranya keistiqomahan seorang wanita yang sedang menjalankan ibadah puasa, besarnya kasih sayang seorang wanita kepada anaknya, dan kepedulian seorang wanita untuk memberi kepada orang lain yang membutuhkan meskipun ia juga membutuhkannya.
Sebelum menghampiri wanita itu, kusempatkan untuk membeli sebotol air minum mineral di warung dekat toko tempat wanita itu duduk terpaku.
"Ibu, silahkan diminum air minum ini Bu!", kataku sambil memberikan air minum yang baru saja kubeli.
"Terima kasih Nak, tapi Ibu sedang Puasa, Nak", jawab wanita itu sembari terus mengayun-ayunkan gendongan yang dipegangnya sejak tadi.
Hatiku semakin bergetar mendengar jawaban wanita itu, begitu kuat pendiriannya untuk tetap melanjutkan berpuasa meskipun dari wajahnya yang pucat tersirat keletihan.
"Subhanallah, maaf, tapi Ibu terlihat sangat keletihan sekali", ucapku singkat.
"Ibu gapapa kok Nak, tapi kalau boleh air minum itu untuk anak ibu saja ya", pinta wanita itu sembari menunjukkan gendongan yang dipegangnya sejak tadi.
"ya Allah, jadi di dalam gendongan itu ada anak Ibu?", tanyaku di sela rasa kagetku.
"Iya Nak, boleh air minum itu untuk anak ibu, Nak?" tanya wanita itu.
"Oh Tentu Bu, silahkan ini air minumnya", kataku sembari memberikan air minum tersebut.
Singkat cerita, setelah memberi air minum pada anaknya, aku dan wanita itu berdialog sejenak sebelum aku mengajak Ibu tersebut ke sebuah warung nasi. Aku membeli 2 bungkus nasi dan kuberikan kepada wanita itu untuk bekal beliau berbuka puasa nanti.
"Terima kasih Nak, semoga Allah membalas kebaikanmu Nak", kata Ibu itu.
"Amiin ya Rabb, sama-sama Ibu, semoga Allah juga menjaga dan menguatkan keistiqomahan Ibu", kataku sembari tersenyum lalu berpamit pergi kepada Ibu itu.
Setelah berpamit pergi, aku pun melanjutkan langkahku meninggalkan Ibu itu, tapi kembali hatiku bergetar saat aku hendak naik angkot, kulihat Ibu itu memberikan sebungkus nasi yang dipegangnya kepada seorang laki-laki tua yang sedang mengemis di pinggir jalan. Melihat apa yang telah dilakukan Ibu itu membuat hatiku semakin tersentuh dan semakin berkeinginan untuk terus berbagi.
*note : Banyak pelajaran yang aku dapat dari kejadian ini, diantaranya keistiqomahan seorang wanita yang sedang menjalankan ibadah puasa, besarnya kasih sayang seorang wanita kepada anaknya, dan kepedulian seorang wanita untuk memberi kepada orang lain yang membutuhkan meskipun ia juga membutuhkannya.