Powered By Blogger

Kamis, 18 November 2010

Sejarah Coklat / Chocolate history

Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin sampai ke Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon dan, mungkin juga, membuat “cokelat” di sepanjang pantai teluk di selatan Meksiko. Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM . Residu yang diperoleh dari tangki-tangki pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun selput putih yang terdapat pada biji kokoa lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol.
Residu cokelat yang ditemukan pada tembikar yang digunakan oleh suku Maya kuno di Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan bahwa Suku Mayameminum cokelat di sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama yang mendiami daerah Meso-Amerika itu mengenal pohon “kakawa” yang buahnya dikonsumsi sebagai minuman xocolātl yang berarti minuman pahit. Menurut mereka, minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari, entah untuk alasan apa. Namun, tampaknya cokelat juga menjadi simbol kemakmuran. Cara menyajikannya pun tak sembarangan. Dengan memegang wadah cairan ini setinggi dada dan menuangkan ke wadah lain di tanah, penyaji yang ahli dapat membuat busa tebal, bagian yang membuat minuman itu begitu bernilai. Busa ini sebenarnya dihasilkan oleh lemak kokoa (cocoa butter) namun terkadang ditambahkan juga busa tambahan. Orang Meso-Amerika tampaknya memiliki kebiasaan penting minum dan makan bubur yang mengandung cokelat. Biji dari pohon kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya dapat diperolah. Setelah dipanggang dan dibubukkan hasilnya adalah cokelat atau kokoa. Diperkirakan kebiasaan minum cokelat suku Maya dimulai sekitar tahun 450 SM - 500 SM. Konon, konsumsi cokelat dianggap sebagai simbol status penting pada masa itu. Suku Maya mengonsumsi cokelat dalam bentuk cairan berbuih ditaburi lada merahvanila, atau rempah-rempah lain. Minuman Xocoatl juga dipercaya sebagai pencegah lelah, sebuah kepercayaan yang mungkin disebabkan dari kandungan theobromin didalamnya.
Ketika peradaban Maya klasik runtuh (sekitar tahun 900) dan digantikan oleh bangsa Toltec, biji kokoa menjadi komoditas utama Meso-Amerika. Pada masa Kerajaan Aztec berkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah yang meliputi Kota Meksiko saat ini dikenal sebagai daerah Meso-Amerika yang paling kaya akan biji kokoa. Bagi suku Aztec biji kokoa merupakan “makanan para dewa” (theobroma, dari bahasa Yunani). Biasanya biji kokoa digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan sebagai hadiah.
Cokelat juga menjadi barang mewah pada masa Kolombia-Meso Amerika, dalam kebudayaan mereka yaitu suku MayaToltec, dan Aztec biji kakao (cacao bean) sering digunakan sebagai mata uang. Sebagai contoh suku Indian Aztec menggunakan sistem perhitungan dimana satu ayam turki seharga seratus biji kokoa dan satu buah alpukat seharga tiga biji kokoa. Sementara tahun 1544 M, delegasi Maya Kekchi dari Guatemala yang mengunjungi istana Spanyol membawa hadiah, di antaranya minuman cokelat.
Di awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar yang digemari di istana Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar di antara kaum elitEropa, kemudian lewat proses yang demokratis harganya menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang dinikmati oleh kelaspedagang. Kira-kira 100 tahun setelah kedatangannya di Eropa, begitu terkenalnya cokelat di London, sampai didirikan “rumah cokelat” untuk menyimpan persediaan cokelat, dimulai di rumah-rumah kopi. Rumah cokelat pertama dibuka pada 1657.
Di tahun 1689 seorang dokter dan kolektor bernama Hans Sloane, mengembangkan sejenis minuman susu cokelat di Jamaika dan awalnya diminum oleh suku apothekari, namun minuman ini kemudian dijual oleh Cadbury bersaudara . Semua cokelat Eropa awalnya dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847 ditemukan cokelat padat. Orang Eropa membuang hampir semua rempah-rempah yang ditambahkan oleh orang Meso-Amerika, tetapi sering mempertahankan vanila. Juga mengganti banyak bumbu sehingga sesuai dengan selera mereka sendiri mulai dari resep khusus yang memerlukan ambergris, zat warna keunguan berlilin yang diambil dari dalam usus ikan paus, hingga bahan lebih umum seperti kayu manis atau cengkeh. Namun, yang paling sering ditambahkan adalah gula. Sebaliknya, cokelat Meso-Amerika tampaknya tidak dibuat manis.
Cokelat Eropa awalnya diramu dengan cara yang sama dengan yang digunakan suku Maya dan Aztec. Bahkan sampai sekarang, cara Meso-Amerika kuno masih dipertahankan, tetapi di dalam mesin industri. Biji kokoa masih sedikit difermentasikan, dikeringkan, dipanggang, dan digiling. Namun, serangkaian teknik lebih rumit pun dimainkan. Bubuk cokelat diemulsikandengan karbonasi kalium atau natrium agar lebih mudah bercampur dengan air (dutched, metode emulsifikasi yang ditemukan orang Belanda), lemaknya dikurangi dengan membuang banyak lemak kokoa (defatted), digiling sebagai cairan dalam gentong khusus (conched), atau dicampur dengan susu sehingga menjadi cokelat susu (milk chocolate).


in english

Chocolate is produced from cocoa (Theobroma cacao), which is expected to grow initially in the northern Amazon region to Central America. Maybe down to Chiapas, the southernmost part of Mexico. Olmec people take advantage of the tree and, possibly, make a "chocolate" along the Gulf coast in southern Mexico. The earliest documentation of chocolate found in its use in a chocolate manufacturing sites in Puerto Escondido, Honduras around 1100 -1400 BC. Residues from the processing tanks indicates that the initial use of cacao was not destined to make a drink, but white selput contained in cocoa beans are more inclined to use as a source of sugar to alcohol.
Brown residue found on the pottery used by the ancient Mayans in Río Azul, northern Guatemala, suggests that rates Mayameminum brown around the year 400 BC. The first civilizations inhabiting the Meso-American region was known tree "kakawa" whose fruits are consumed as a beverage xocolātl which means a bitter drink. According to them, these drinks should be consumed every day, for some reason. However, it seems that chocolate is also a symbol of prosperity. How to serve it was not arbitrary. By holding a liquid container is as high as his chest and poured into another container on the ground, an expert presenter who can make a thick foam, part of what makes the drink so valuable. This foam is actually produced by the cocoa fat (cocoa butter), but sometimes also added extra foam. Meso-American people seem to have a critical habit of drinking and eating porridge containing chocolate. The seeds of the cacao tree itself is very bitter and must be fermented for taste can be obtained. Once baked and dibubukkan result is chocolate or cocoa. It is estimated that drinking chocolate to the Maya began about the year 450 BC - 500 BC. It is said that chocolate consumption is considered as an important status symbol in those days. Mayan eating chocolate in the form of frothy fluid sprinkled with red pepper, vanilla, or other spices. Drinks are also believed to be a deterrent Xocoatl fatigue, a belief which may be caused from theobromin content therein.
When the classic Maya civilization collapsed (around 900) and was replaced by the Toltec, cocoa beans became a major commodity Meso-America. During the Aztec Empire in power (until about 1500 BC) region that includes Mexico City now known as the Meso-American region most rich in cocoa beans. For the Aztecs cocoa beans is the "food of the gods" (Theobroma, from the Greek). Usually the cocoa beans used in religious ceremonies and as gifts.
Chocolate is also a luxury item during the Meso-American Colombia, in their culture of the Maya, Toltec, and Aztec cocoa beans (cacao bean) is often used as currency. As an example of Aztec Indians using the system to calculate where a chicken turkey for a hundred cocoa beans and one avocado for three cocoa beans. As the year 1544 AD, a delegation of Kekchi Mayan Guatemalan who visited the palace of Spain bearing gifts, including chocolate drinks.
At the beginning of the 17th century, chocolate became a popular refreshing drink in the palace of Spain. Throughout the century, chocolate spread among the elitEropa, then through a democratic process to be fairly cheap price, and at the end of the century it became a drink enjoyed by kelaspedagang. Approximately 100 years after his arrival in Europe, so famous chocolate in London, to set up "chocolate houses" to store supplies chocolate, starting at coffee houses. The first chocolate house opened in 1657.
In 1689 a physician and collector named Hans Sloane, developed a type of milk chocolate drink in Jamaica and was originally drunk by tribal apothekari, but the drink is then sold by the Cadbury brothers. All European chocolate was originally consumed as a beverage. New in 1847 found a brown solid. Europeans throw away almost all the spices are added by the Meso-Americans, but often retain vanilla. Also replaced many ingredients so that according to their own taste from a special recipe that requires ambergris, waxy purple dye extracted from the intestines of whales, to the more common ingredients such as cinnamon or cloves. However, the most frequently added to the sugar. In contrast, the Meso-American chocolate did not appear to be sweet.
European Chocolate was originally mixed in the same manner as that used Maya and Aztecs. Even now, the way ancient Meso-America is still maintained, but in the machinery industry. Still slightly fermented cocoa beans, dried, roasted, and ground. However, a series of more complicated techniques were played. Brown powder diemulsikandengan carbonation potassium or sodium to be more easily mixed with water (dutched, emulsification method found in the Netherlands), fat reduced by removing a lot of cocoa fat (defatted), ground as a liquid in a special barrel (conched), or mixed with milk so that a milk chocolate (milk chocolate).